Sabtu, 09 September 2023

Titan Pagar

Cerita ini merupakan karya fiksi kedua yang tidak relate sama sekali dengan yang sebelumnya. Jenis titan apalagi kah ini? Who knows. Let’s get started

Castroville pada awal abad ke 14. Sebuah Kota kecil terletak di bagian barat bumi yang berbatasan langsung dengan sungai Anglikhese. Castroville adalah sebuah kota pertanian yang tidak terikat pada wilayah tertentu. Para penduduk Castroville memanfaatkan tanah subur mereka untuk bercocok tanam.

Hasil bumi yang mereka miliki akan mereka perdagangkan di sebuah kota pesisir yang menjadi pusat perdagangan saat itu, Prithpale. Sebuah kota pesisir padat penduduk dengan ratusan kapal yang bersandar setiap harinya. Kehidupan di sana tidak akan pernah berakhir, setidaknya itu yang dikatakan oleh Giuly Giullermo- Gubernur Prithpale yang sangat membanggakan kotanya.

“Hahaha kau tidak akan mati apabila berada di Prithpale. Dewi Arneth menambah umurmu pada setiap pijakan di sini” sesumbar Giuly dalam tawanya. Dengan postur tubuhnya yang besar dan cukup tinggi suara tawa Giuly terdengar begitu menggelegar. Penduduk Prithpale menyamakannya dengan sosok Dong Zhuo- seorang legenda Gubernur bertangan besi pada era awal abad pertama.

Kehidupan di Prithpale yang begitu ramai sangat berbanding terbalik dengan keadaan di Castroville. Kehidupan di Castroville sangat tenang, tidak pernah terjadi keributan antar penduduknya. Keadaan inilah yang membuat Jan Bernard Tissoud merasa bosan. Jan adalah seorang pemuda Castroville yang gemar mengembara. Kehidupan sebagai petani dipandangnya sangat membosankan dengan kegiatan yang sama dan dilakukan secara berulang.

Saat musim panen tiba itulah hari terbaik menurut Jan, karena dia akan menuju Prithpale untuk menjual hasil buminya. Tidak lupa Jan selalu menyanyikan sepenggal lirik yang menemaninya dalam perjalanan menuju Prithpale.

Suara burung bersahutan
Langkah kami dipayungi cerahnya matahari
Ini adalah hari terbaik bagi setiap orang
Terima kasih oh bumi pertiwi

Tampak dari kejauhan Jan melihat tembok besar Prithpale. Menandakan dia akan segera memasuki kota tersebut. “Prithpale aku segera datang! Seorang raja muda dari Castroville dengan pasukan petani yang akan menyerangmu dengan hasil bumi kami” seru Jan yang sangat bersemangat. “Prithpale sambutlah Rajamu!!”.

Saat memasuki kota Prithpale Jan terlihat begitu antusias. Jan memandangi sekitarnya seolah ini pertama kalinya dia berada di Prithpale. Hiru pikuk di Prithpale membuatnya begitu bersemangat. “Inilah tempat dimana seharusnya aku dilahirkan. Di sinilah seharusnya aku berada” gumamnya dalam hati.

Antusiasme Jan tiba-tiba terpusat pada satu titik. Pandangan Jan tertuju pada satu sosok tinggi dengan jubah hitam yang dikenakannya. Terlihat Jan keheranan dengan penampilan orang tersebut. “Siapa orang itu? Baru pertama kali aku melihatnya di sini”. Penampilannya yang berbeda dengan penduduk Prithpale membuatnya bertanya-tanya dalam hati.

“Apakah cara berpakaian penduduk Prithpale sudah berubah? Mengapa hanya orang itu yang memakai jubah hitam?” Beribu pertanyaan mengisi kepala Jan.

Pada umumnya penduduk pria Prithpale menggunakan tunik pendek yang panjangnya sampai lutut disertai terusan berbahan wol. Bagi kelas bangsawan menggunakan motif yang rumit dan sepatu runcing besar. Untuk penduduk wanita Prithpale menggunakan pakaian wol putih dengan topi berbahan jerami. Untuk bangsawan wanita Prithpale menggunakan kain bermotif rumit dengan kerah terbuka dan siluet ketat dibagian dada dan pinggang. Busana yang dikenakan penduduk Prithpale menujukkan kelas ekonomi mereka.

Keragaman busana penduduk Prithpale selalu membuat Jan terkesan, sehingga kehadiran seseorang berjubah hitam di Prithpale membuatnya sangat heran. “Aku harus mengetahui orang di balik jubah itu. Aku yakin dia bukan berasal dari sini” pikir Jan dalam keheranannya. Jan sangat ingin mengetahui siapa orang itu. Dengan segera Jan menjual hasil panennya dan menghampiri orang itu.

“Hey apakah anda tersesat dan membutuhkan bantuan?” Tanya Jan pada sosok berjubah itu. “Aku yakin anda bukan penduduk Prithpale dan aku siap membantumu?” Sambung Jan kembali tanpa menunggu jawaban dari sosok tersebut. Tanpa memghiraukan keberadaan Jan sosok tersebut berlalu pergi dan meninggalkan Jan yang terdiam mematung.

“Hey tuan anda tidak perlu khawatir. Aku tidak akan berbuat jahat kepadamu. Aku hanya heran dengan cara berpakaianmu” teriak Jan berlari mengejar sosok berjubah itu. Sosok berjubah itu terus berjalan tanpa menghiraukan pertanyaan Jan. Tentunya ini membuat Jan semakin bersemangat untuk mengetahui siapa sosok berjubah hitam itu.

“Hey tuan percayalah, aku tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanyaa..” tiba-tiba sosok tersebut memutarkan badannya dan menatap Jan. “Apa yang kau inginkan? Aku tidak mengenalmu dan berhentilah mengikutiku” ucap sosok berjubah tersebut seraya membuka penutup kepalanya.

Jan tertegun melihat sosok itu. Seorang pria tua besar berkulit putih pucat dengan suara berat yang menghentikan langkah Jan. “Aa.. aku hanya ingin membantumu” Jawab Jan singkat. “Pergilah aku tidak mengenalmu. Dan aku tidak membutuhkan bantuanmu sama sekali” jawab pria berjubah tersebut.

“Aku Goltermakh, Louis Goltermakh. Aku berasal dari kastil Yvenziebr, sebuah bangunan tua sebelah tenggara kota Serephiem” sambung pria tua tersebut seraya berlalu pergi.

“Goltermakh.. Serephiem.. Kastil Yvenziebr?” Ucap Jan berulang-ulang. “Dimana tempat itu berada?”. Terlihat Jan mulai bermain dengan pikirannya sendiri. Segaris senyuman nampak di wajah Jan. Perjalanan panjang mulai terbersit di dalam pikiran Jan. Sebuah perjalanan yang akan mengantarnya pada petualangan baru dalam hidupnya.

“Tuan Goltermakh aku akan menemuimu di sana!” Teriak Jan dalam hati.

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar