Senin, 11 Desember 2017

Cita-citaku.. uuuuuu..

Sebongkah Ruby yang tertutup kotoran #plaaaak gak nyambung

Di bulan Desember ini gue lagi resah. Apa yang gue rasakan saat ini adalah sepertinya pekerjaan gue sekarang bukan apa yang selama ini gue cari. Alasannya simpel, gue bukan tipe orang yang betah cuma duduk diam di depan monitor dengan setumpuk dokumen yang minta diperhatikan. Gue bukan tipe orang yang bekerja dengan mengandalkan otak kiri, tapi gue juga bukan seorang seniman. Laah mau mu opo toh mas -____-

Entah kenapa gue selalu mengidam-idamkan untuk menjadi seorang penulis. Banyak hal yang tersimpan di laptop gue; tulisan-tulisan absurd, catatan gak penting yang cuma gue doang yang ngerti maksudnya, dan hhhmmm.. google ads-on yang berakhir sebagai hantu yang disebut dengan draft. Gak penting juga sih untuk dikasih tau hehe..

Udah banyak lowongan pekerjaan berbau jurnalistik yang gue lamar, tapi gak ada satupun yang nerima gue, kok kejam yaa. Yaa mungkin karena basic gue sebagai seorang Sarjana Ekonomi dengan konsentrasi Transportasi Laut yang membuat gue tidak diterima sebagai seorang jurnalis. Mungkin apa yang ada di pikiran mereka seperti "ini orang sehat?" atau "ini perompak Somalia mau jadi jurnalis?". Percaya deh, walaupun gue gak punya basic sebagai seorang jurnalis, tapi menulis itu memang menjadi hobi gue. Setidaknya gue bisa membuktikan omongan gue dengan perbuatan.

Coba ada gitu senior editor atau penulis macam Dee Lestari, Tere Liye atau mungkin Steven D. Levitt baca tulisan gue, Terus mereka berjudi dengan memberdayakan gue sebagai asistennya atau co-partner dalam pembuatan karya mereka. Tapi gak mungkin sih, wong blog gue yang baca gue doang hahaha. Bodo' lah.. gue gak pernah berpikir untuk mengkomersilkan karya gue. Gue cuma menyalurkan hobi aja. Tapi kalo seumpama dapet uang gue sih gak nolak juga :), idealisme gue masih bisa disubtitusi dengan rupiah kok hehe..

Untuk mas/mba penulis, jurnalis dan lain sebagainya yang masih terkait, kalau kalian baca tulisan ini (tapi gak mungkin sih hehe) percayalah, ada loh orang seperti gue ini. Orang yang salah pilih jurusan saat kuliah, orang yang terpaksa bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan minatnya, orang yang oportunis mencari celah untuk mengaplikasikan minatnya pada dunia kerja, namun gak pernah tersampaikan. Ada loh orang seperti yang gue maksud di atas.

Masuk akal sih ketika seseorang tidak mempercayai orang lain untuk diajak bekerja sama ketika orang lain tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat pada suatu bidang karena risiko yang didapat adalah kegagalan. Tapi dengan kesempatan (yang apabila) diberikan, gue yakin si "orang yang tidak punya dasar pengetahuan" ini bisa berkarya sama baiknya apabila diberikan pengetahuan. Intinya, kesempatan bisa merubah keadaan. Lebih intinya lagi gue ngarep diajak Najwa Shihab sebagai co-worker di programnya. Mulai banyak maunya nih gue hahaha.

Okedeh sekian dulu. Mungkin untuk saat ini gue masih harus menjalani 'keterpaksaan" yang gue alami dengan diimbangi hobi menulis gue. Karena api yang berkobar akan sulit dipadamkan. 

Sebongkah Ruby yang tertutup kotoran #plaaaak.. belajar epilog lagi!!

Sabtu, 06 Mei 2017

Bekerja

Ker.. Ja.. Jaa.. Ker.. Kaaamm.. Biingg..

Mempunyai pekerjaan atau bekerja itu adalah sebuah tahap akhir setelah lo melalui berbagai rentetan jenjang pendidikan. Bekerja itu seperti menanak nasi.. hhmmm gak juga sih. Bekerja itu bisa lo andaikan seperti apa aja, menanak nasi, menyiram tanaman, atau menyusui anak babi sekalipun.

Ngomong-ngomong gue sedikit frustrasi dalam mencari kerja. Udah berbagai jenis pekerjaan dan perusahaan yang gue lamar, tapi gak ada satu pun yang nerima. Apa sebodoh itu gue:( gue sedikit sedih dengan keadaan gue sekarang. Kan gue anak yatim padahal. Apa perusahaan-perusahaan di luar sana gak mau menerima gue karena sedikit ganteng.. banyakan jeleknya? kan tai!

Gue udah belajar bagaimana cara memperindah CV, tapi gak ngefek. Gue udah belajar cara mengetik surat lamaran secara bilingual, tapi kelihatan bodoh. Lalu apa yang harus gue pelajarin? menyusui anak babi? kan gue laki. Apa harusnya gue yang menyusu ke  induk babi? kan gue udah dewasa! Apa gue harus menyusui anak babi saat gue menyusu sama induk babi? pasti induk babi itu nolak. "kamu pengangguran mas" kata induk babi. Kan tai!

Gue baru sadar ternyata acara televisi "bosan jadi pegawai" itu nipu. Buktinya gue bosan dengan tidak jadi pegawai. Gue bosan hampir setiap hari melototin laptop untuk nyari kerja, ngetik surat lamaran, cek email dll. Yang gue harapkan adalah ketika ada satu perusahaan yang memanggil gue untuk interview dan kemudian setelah wawancara itu beliau berbisik ke telinga gue "you are fucking hired!". Gak harus pake fucking-nya juga sih. I'm just waiting for the moment when my ass finally got hired. Tapi bukan berarti gue jadi gigolo gay ya -____- gue gak mau ketangkep karena terlibat dengan suatu aktifitas seksual sejenis yang terlarang. Gue gak mau ketangkep dengan tagline berita "seorang gigolo tertangkap di hotel saat akan mengadakan pesta gay sambil menyusui seekor anak babi. Saat akan digiring ke kantor polisi, pemuda tersebut berteriak 'kan taik!'". Gue tahu tuh koran mana yang suka ngasih judul berita kaya gitu.

Udah ah keluh-kesahnya. Gue mau berjuang lagi. Untuk para jobseekers tetap semangat berusaha ya. Gue yakin setelah sekian banyak uang yang kalian keluarkan untuk menempuh pendidikan, kalian pasti gak mau itu jadi sia-sia kan. Kalian juga pasti gak mau punya kehidupan yang datar tanpa adanya sesuatu yang dihasilkan. Kan tai!

Senin, 16 Januari 2017

MUTIARA

Langkahnya kakinya beraturan dan tatapannya tajam. Seberkas kertas didekapnya dengan erat di dadanya. Pada sebuah lantai di gedung itu dia berjalan. Kemeja birunya selalu menghiasi tubuh mungil indahnya dengan sebuah ikat rambut yang tersimpul cantik di kepalanya. Dengan sedikit menunduk dia berjalan melewatiku menuju sebuah ruangan berkaca gelap.

Aku kembali menatap layar 14 inchi dihadapanku. Suara langkah kakinya selalu dapat mengalihkan perhatianku.

Sebut saja dia Mutiara- seorang wanita muda feminin yang mandiri dan bercahaya bagai mutiara. Kemilau pesonanya dapat menyilaukan pikiranku, mengganggu fokus duniaku sendiri.

Mutiara itu akan selalu bersinar, bersinar menerangi sebuah lantai pada gedung itu. Akan ada suatu masa di mana mutiara itu akan dimiliki. Cahayanya akan dijaga dengan sepenuh hati, fisiknya akan dijaga dengan segenap jiwa.

Mutiara itu indah, sangat indah.